SURABAYA – Pertambangan merupakan bidang karir yang menjanjikan di masa depan yang menyimpan berbagai tantangan dan risiko. Tak heran bila bidang pertambangan memerlukan banyak lulusan teknik yang berkualitas. Berupaya menyiapkan mahasiswa yang siap berkarir di pertambangan, Integrated Seminar Of Materials Engineer Enrichment (ISOMETRIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar career talk bertajuk Mining Engineer’s Success Strategies dengan menggandeng Kepala teknisi PT Freeport Indonesia (PTFI), Welly Sugiarto Raharjo MM IPM.
Pria yang akrab disapa Welly ini mengisi gelar wicara ini dengan kiat-kiat dalam berkarir di bidang pertambangan, khususnya pada pertambangan bawah tanah yang menjadi andalan PTFI. Menurutnya, penambangan bawah tanah cukup jarang di Indonesia sehingga memiliki tantangan tersendiri. Dari karakteristik ranah kerja pertambangan bawah tanah tersebut, Welly menyampaikan bahwa setidaknya terdapat tiga tantangan dalam berkarir di bidang pertambangan.
Baca juga:
Anggota Kodim Surabaya Timur Bersih Bersih
|
Tantangan pertama berkaitan dengan potensi runtuhnya bebatuan yang menjadi tantangan utama ketika bekerja di pertambangan bawah tanah. Oleh karena itu diperlukan penciptaan sistem penyanggaan yang kuat pada akses terowongan pertambangan untuk meminimalkan risiko tersebut. Selain itu, tambahnya, sistem monitoring yang baik juga harus dikembangkan guna menjaga keselamatan para pekerja. “Karena itu dibutuhkan tim geoteknik yang solid untuk menangani tantangan ini, ” tegasnya, Selasa (19/7/2022).
Sementara itu, tantangan kedua terdapat dalam proses eksplorasi dan eksploitasi bawah tanah juga memungkinkan adanya risiko infeksi gas beracun. Welly menjelaskan bahwa semakin dalam tanah yang digali semakin banyak pula kantong gas beracun ditemukan. Kantong gas beracun ini dapat berakibat fatal bagi para pekerja sehingga setiap penambangan harus dilengkapi dengan sistem regulasi yang baik dan harus memiliki alat pendeteksi gas.
Welly Sugiarto Raharjo MM IPM dan Senior Officer Marketing Strategy PT Aplikanusa Lintasarta Faris Primayudha ketika sesi tanya jawab
Lebih lanjut, alumni Universitas Indonesia (UI) ini menerangkan bahwa para pekerja di penambangan bawah tanah juga perlu diberi pelatihan cara menghadapi situasi mendesak ketika bekerja di terowongan pertambangan. Mereka akan dilengkapi alat pelindung diri, seperti masker dan tabung oksigen mini yang bisa dibawa bepergian untuk membantu pengendalian risiko keselamatan kerja dalam pertambangan.
Di akhir, Welly memberikan nasihat kepada mahasiswa yang hendak terjun ke dunia pertambangan untuk terus memperdalam kemampuan hardskill yang seimbang dengan softskill sejak bangku perkuliahan. Menurutnya, bekal keahlian di bidang geoteknik sangat penting, di samping keilmuan ventilasi dan sistem pengairan. Mengingat persaingan masuk ke dunia pertambangan akan semakin meningkat di masa depan setelah dibukanya lahan penambangan baru.
Welly juga berpesan agar mahasiswa selalu bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan dan berpikiran terbuka. Baginya, meninggalkan kesan yang baik dengan orang lain terutama di lingkungan pekerjaan sangat penting. Terlebih, di dunia pertambangan seseorang tidak bisa bekerja sendiri sehingga kemampuan kolaborasi sangat dibutuhkan. “Tunjukkan bahwa kita punya potensi yang baik dan layak diberi kesempatan, ” pungkasnya. (*)
Reporter: Zanubiya Arifah Khofsoh
Redaktur: Gita Rama Mahardhika